Luka yang Membuka Mata
Luka yang Menjadikan Dewasa

Ada peristiwa-peristiwa dalam hidup yang tidak kita harapkan, dan tidak pernah kita pikirkan akan datang dari orang yang begitu dekat. Namun justru kejadian-kejadian seperti itulah yang membuka pintu paling dalam dari diri kita: luka yang tersembunyi, pola lama yang kita kira sudah hilang, dan kekuatan yang selama ini tidak kita sadari.
Beberapa waktu lalu, sebuah peristiwa yang mengubah pandangan hidupku, bukan perlahan, tapi guncangan yang datang menghantamku, dari orang orang yang membuatku mempertanyakan nilai sebuah hubungan. Kejadian itu menghantamku, bukan hanya sebagai orang yang pernah memiliki sejarah panjang bersama, tapi sebagai manusia yang memiliki hati dan harga diri.
Luka yang Membuka Mata:
Awalnya, aku merasa dikhianati, tidak dilihat, tidak dianggap sebagai seseorang yang juga punya hati, dan seolah keberadaanku dihapus begitu saja. Tapi semakin aku diam, semakin aku mendengar hatiku sendiri. Dan ternyata, yang mereka lakukan bukan ukuran nilai diriku. Ada tiga hal penting yang akhirnya kusadari:
1. Ini adalah penutup.
Peristiwa itu memaksa semua pintu lama tertutup total. Tidak ada lagi ruang abu-abu. Tidak ada sisa penyangkalan. Tidak ada “tapi mungkin…”. Semuanya selesai total.
2. Ini mengungkap kedewasaanku sendiri.
Aku bereaksi dengan marah, kecewa, sakit ya, itu manusiawi. Namun di balik semua itu aku memilih untuk melihat diriku sendiri: pola lamaku, ketergantunganku, kehilanganku. Dan aku sadar… aku sudah tidak berada di tempat itu lagi. Meski marah, aku tidak membalas. Meski hancur, aku tidak mengejar klarifikasi. Meski kecewa, aku tidak merusak.
Aku tidak mencari klarifikasi, karena aku tahu hidupku bukan lagi tentang drama lama.
3. Ini bukan tentang aku.
Mereka mengambil jalan yang siapapun dan aku sendiri tahu itu tidak sesuai nilai yang kukenal. Dan itu sudah cukup menjadi jawaban pantulan fase mereka. Yang bukan urusanku lagi.
Luka Menjadi Kedewasaan
Titik balik ini menyadarkanku bahwa aku bukan lagi versi yang lama, versi yang sering hilang di antara keinginan orang lain. Kini aku berdiri dengan pijakanku sendiri, dengan arah yang kubangun sendiri, dan dengan rumah yang akhirnya kutemukan dalam diriku.
Dulu aku hidup dari perlindungan. Sekarang aku mulai belajar mendirikan pondasiku sendiri. Dulu aku mencari rumah dalam seseorang. Sekarang aku belajar membangun rumah dalam diriku. Dulu aku mengikuti tujuan orang lain. Sekarang aku menulis tujuanku sendiri. Termasuk blog ini, ruang pertamaku yang benar-benar aku bangun dengan tanganku sendiri.
Ini titik balik yang tidak kupilih, tapi kupelajari, dan pada akhirnya kupeluk.
Aku tidak berharap buruk untuk siapa pun. Aku juga tidak ingin memaksakan diri untuk memahami pilihan yang bukan jalan hidupku.Yang menjadi urusanku adalah:
Melanjutkan hidupku dengan kesadaran baru, dengan nilai baru, dengan martabat yang tetap utuh. Aku selesai dan aku siap melangkah.
perjalanan pulang ke diriku dimulai di sini.
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir, tinggalkan komentar jika ada yang ingin kamu bagi. Aku membaca semuanya...