Di kesadaran baru ini, aku belajar sesuatu yang mengubah banyak hal:
Memahami diriku sendiri ternyata lebih memberi tenaga daripada mencoba dipahami orang lain. Melihat diri tanpa filter bukan membuatku runtuh… tapi justru membuatku utuh.
Ada masa dalam hidup ketika kita berhenti bersembunyi dari diri sendiri. Bukan karena kita sudah siap… tapi karena tidak ada tempat lain untuk lari.
Aku sampai di titik itu ketika luka-luka yang kubiarkan menggantung akhirnya menuntut untuk dipahami. Bukan lagi dalam bentuk cerita, bukan lagi dalam bentuk ingatan samar tapi dalam bentuk perasaan mentah yang menuntut untuk dilihat.
Dan untuk pertama kalinya, aku berani melihat diriku tanpa filter.
Aku melihat pola yang selama ini kupikir hanya ‘kebiasaan’:
– cara aku menahan diri untuk tidak dianggap terlalu butuh,
– cara aku berusaha menyesuaikan diri agar orang lain tetap nyaman,
– caraku membiarkan hal-hal yang harusnya kutegaskan,
– dan caraku berharap dihargai dan dilihat.
Semua itu bukan kebiasaan.
Itu bekas-bekas lama yang kubawa tanpa sadar.
Kesadaran itu tidak datang dengan lembut.
Ia datang seperti cahaya terang yang membuatmu refleks memejam.
Menyilaukan, tapi tidak bisa kamu abaikan.
Dan di balik cahaya itu aku mulai melihat sesuatu yang selama ini samar:
bahwa nilainya diriku tidak pernah ditentukan oleh siapa yang meninggalkanku, atau siapa yang memilih orang lain dibanding aku, atau oleh keputusan impulsif orang yang bahkan tidak sedang berada dalam keseimbangan emosionalnya.
Yang dulu menyakitkan bagiku sekarang tampak seperti cermin.
Bukan cermin untuk menilai kualitasku tapi cermin yang menunjukkan fase orang lain.
Cermin tentang ketidakpahaman mereka, kelemahan mereka, ketakutan mereka, dan betapa sedikitnya hubungannya dengan diriku.
Rasanya seperti menemukan kebenaran lama yang aku butuhkan bertahun-tahun:
aku tidak pernah kurang.
Aku hanya belum sadar.
Dan di kesadaran baru ini, aku belajar sesuatu yang mengubah banyak hal:
bahwa memahami diriku sendiri ternyata lebih memberi tenaga daripada mencoba dipahami orang lain.
Bahwa melihat diri tanpa filter bukan membuatku runtuh… tapi justru membuatku utuh.
Kesadaran ini mungkin tidak indah saat datang, tapi ia membebaskan.
Ia membuatku berdiri dari puing-puing masa lalu dengan tulang punggung yang lebih tegak.
Dan aku tahu, dari sini, langkahku tidak akan sama lagi.

Komentar
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir, tinggalkan komentar jika ada yang ingin kamu bagi. Aku membaca semuanya...