Rumahku ada di dalam diriku, dan untuk pertama kalinya, aku tidak merasa sendirian di dalamnya. Aku merasa lengkap.
Dan aku tiba di titik itu, aku menemukan sesuatu yang tidak pernah kusangka: sebuah ruang batin yang selama ini tertutup oleh kebisingan emosi.
Ruang yang tenang, jernih, dan terasa seperti rumah.
Di sinilah aku mulai mengenali identitasku yang baru lebih matang, lebih sadar, lebih lembut sekaligus lebih kuat.
Bukan versi diriku yang takut ditinggalkan.
Bukan versi diriku yang ingin diakui.
Bukan versi diriku yang berusaha keras agar orang lain melihat nilai yang bahkan dulu tidak bisa kulihat sendiri.
Aku menemukan rumah itu ketika aku berhenti meminta orang lain untuk memvalidasi keberadaanku. Ketika aku berhenti berperang dengan bayangan siapa yang harusnya aku jadi. Ketika aku berhenti mengejar keadilan atau karma, dan membiarkan hidup menyeimbangkan caranya sendiri.
Rasanya seperti menarik napas panjang setelah bertahun-tahun hanya bernapas setengah. Aku tidak lagi ingin memaksakan pemahaman pada orang yang tidak sedang dalam fase siap untuk mengerti.
Aku tidak lagi ingin membuktikan nilai diriku pada orang yang tidak mampu melihatnya.
Dan yang paling melegakan: aku tidak lagi ingin menjadi pusat pembuktian bagi masa lalu.
Sekarang, fokusku berubah. Tidak ke luar, tapi ke dalam, ke pertumbuhanku sendiri, ke jalanku sendiri, ke spiritualitasku, kesadaranku, caraku mencintai, caraku melihat hidup dari sudut yang lebih tinggi, lebih lembut, dan lebih jujur.
Rumahku ada di dalam diriku, dan untuk pertama kalinya, aku tidak merasa sendirian di dalamnya. Aku merasa lengkap.

Komentar
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir, tinggalkan komentar jika ada yang ingin kamu bagi. Aku membaca semuanya...